3 a.m. and Blue

natwords
2 min readMay 23, 2024

Pukul tiga pagi selalu menjadi waktu paling tenang sekaligus riuh untukku. Pasalnya di jam-jam tertentu seperti ini, sekitaran rumahku hening sekali, tapi suara yang mengisi kepalaku lebih bising daripada jalanan kota-kota besar.

Ada banyak hal yang terjadi di bulan ini, beberapa di antaranya adalah hal-hal yang terjadi di luar bayanganku dan ketakutan ku. Ku rasa sebagian besar dalam diriku belum siap akan terjadinya hal-hal diluar perkiraanku. Tapi itulah hidup bukan?

Tekanan yang muncul dari setiap arah, pun keinginan-keinginan yang terpaksa untuk ‘mati’ kali ini, membuatku berpikir bahwa “apakah hidup memang seperti ini?”. Tak ada yang mengarahkan selain para guru di sekolah karena itu memang kewajibannya. Tapi sayangnya sebagian besar dari anak-anaknya pula tetap mengalami kesulitan dalam menentukan arah hidupnya sendiri, termasuk diriku.

Hidup memang perjalanan, katanya. Perjalanan mencari makna hidupku sendiri, siapa diriku, apa keinginanku, siapa yang aku cintai dan mencintaiku, lalu hilang. Ku pikir perjalanan ini masih sepuluh tahun yang akan datang, tapi aku keliru. Perjalanan ini sudah di depan mata, bahkan hari ini di mana aku menulis ini.

Ku rasa aku belum sepenuhnya beradaptasi dengan kondisiku akhir-akhir ini. Dua belas tahun aku melakukan kegiatan yang sama setiap hari dan penuh kepastian, sekarang dengan mudahnya berhenti dan dilingkupi dunia yang sama sekali tidak pasti. Siapa yang tidak terkejut, pikirku. Kebiasaan baik itu sekejap terhenti dalam satu hari untuk selamanya (mungkin akan digantikan dengan hal lain), namun segala perasaan di dalamnya tak ada barang sedetikpun ikut terhenti di sana. Perasaan yang selalu digambarkan dengan warna biru.

Sebagian besar orang-orang mengatakan bahwa warna hitam dan putih selalu memberikan kesan monoton dan bosan. Pun warna hitam-hitam melambangkan kesedihan dan duka. Tapi bagiku warna yang paling menyedihkan adalah warna biru. Padahal, biru identik dengan air dan langit. Tapi setiap aku melihat laut, aku selalu ingin tenggelam di dalamnya. Pun ketika aku melihat langit, aku selalu ingin berada di atas sana bersamanya.

Selamanya.

Akankah ada yang bisa mengubah cara pandang ku terhadap warna biru? Dan memberhentikan semua kebisingan yang ada di kepalaku?

Pun ketika pukul 3 pagi dan warna biru adalah bagian dari diriku —

aku akan tetap meninggalkannya di sana, dan membiarkannya untuk tetap hidup sebagai bagian lain dari dalam diriku.

--

--